VISI DAN MISI SMPN 17

VISI :

Membawa Anak Didik menjadi Siswa yang Beriman, Bertaqwa, Cerdas, Terampil dan Mandiri.

MISI:

Mewujudkan peningkatan sekolah yang berkualitas sesuai Kurikulum Peendidikan

Mewujudkan dan meningkatkan prestasi, kecakapan, dan ketrampilan yang memadai sesuai kemampuan sekolah serta sesuai perkembangan seni budaya.

Mewujudkan penyelanggaraan pendidikan selaras dengan kepribadian bangsa dan terbuka untuk mengikuti perkembangan kemajuan IPTEK

Minggu, 26 Juni 2011

Senin, 20 Juni 2011

Perpisahan Sekolah 2011

Bertempat di gedung wayang orang Sriwedari, pada hari Senin, 20 Juni 2011, telah digelar perpisahan siswa kelas IX dengan menampilkan berbagai acara menarik. Acara diawali dengan tari gambyong oleh para siswi SMP N 17 . Sesaat kemudian, acara dilanjutkan dengan pembukaan, sambutan-sambutan, dan berbagai hiburan.

Dalam sambutannya, kepala sekolah, Bapak Prih Sasonodadi S.Pd, menyampaikan pesan agar para siswa kelas IX tidak berhenti untuk menuntut ilmu agar kelak benar-benar mampu memberikan pengabdian terbaik buat bangsa dan negara. Selain itu, kepala sekolah juga berpesan agar setelah lulus nanti, para alumni belajar lebih keras untuk mencapai cita-cita dan tetap membawa nama baik sekolah di mana pun berada dengan berperilaku yang baik sekaligus menunjukkan generasi masa depan yang berkarakter. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa sebelum memasuki acara gelar pentas dan seni siswa oleh Bp Sarno, S.Ag.

Usai sambutan-sambutan, acara dilanjutkan dengan pentas seni siswa. Secara umum, pentas seni menampilkan berbagai genre kesenian yang mengandung unsur tradisi, dan modern. Selain anak-anak, Bapak/Ibu guru juga berkenan untuk meramaikan acara dengan menyumbangkan beberapa lagu. Acara ini membuat suasana perpisahan berlangsung semarak. Seluruh siswa yang hadir, bapak/ibu guru, karyawan/karyawati sekolah, dan segenap tamu undangan memberikan aplaus meriah. Acara hiburan diakhiri dengan menampilkan pencak silat oleh anak kelas 7, 8 dan 9.



Acara perpisahan siswa kelas IX memang merupakan acara yang rutin digelar SMP N17 Surakarta setiap tahun. Selain untuk memberikan pesan dan kesan tersendiri buat para siswa kelas IX yang akan meninggalkan sekolah, acara ini juga dimaksudkan untuk mempererat tali silaturahmi antarkeluarga besar sekolah serta uji kemampuan berkesenian di atas panggung terbuka bagi siswa kelas VII dan VIII yang telah mengikuti kegiatan pengembangan diri selama satu tahun terakhir. Semoga acara seperti ini bisa terus dikembangkan sehingga mampu memacu siswa untuk tampil kreatif dalam mengembangkan potensi seni sesuai dengan bidang yang digelutinya.

Minggu, 19 Juni 2011

SMP Negeri 17 di Kreasso 2011

Solo – Dalam Opening Ceremony Kreatif Anak Sekolah Solo (Kreasso) 2011 Minggu (19/6) malam, XL kembali memberikan dukungan ajang pengembangan kreativitas generasi muda tersebut. Kreasso 2011 digelar tanggal 19-21 Juni 2011 di Ngarsopuro.

Suwandi Tjia, Marketing Manager XL Central Region, mengatakan, semangat di ajang Kreasso sebelumnya menjadi parameter XL dalam mendukung acara Kreasso ini. “Semoga kreativitas dan kualitas siswa-siswi sekolah terutama di Kota Solo dapat semakin meningkat, sehingga akan terus muncul ide-ide kreatif dalam bidang seni budaya oleh para siswa dan siswi Kota Solo dan merupakan wadah bagi pelajar untuk terus menggali kompetensi diri,” harapnya.

"Semoga masa yang akan datang anak-anak ini dapat mengembangkan diri menjadi generasi yang berprestasi dan berkualitas," tambahnya.






Selasa, 14 Juni 2011

3 Sekolah Jadi Contoh Pendidikan Karakter

Solo – Pendidikan karakter harus dipublikasikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan hal tersebut ditekankan agar soft skill guru terlihat dan guru tersebut harus memiliki keterampilan, mengerti perkembangan kurikulum dan good soft skillnya. Hal tadi dikatakan Kepala Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Surakarta, Sugiyanto yang ditemui Timlo.net di kantornya, Kamis (26/5).

“Guru itu harus memiliki pendidikan karakter dan harus menjadi suri tauladan,” pinta Sugiyanto. “Tugas yang guru dapat itu ya tentunya dari kepala sekolah dan pengawas sekolah,” imbuhnya.

Secata terpisah, Kepala Bidang Pemuda Dinas Dikpora Surakarta, Kelik Isnawan ditemui Timlo.net mengatakan, untuk guru sendiri, masalah pendidikan karakter yang saat ini jadi percontohan adalah SMP Negeri 17 Surakarta, SMA Negeri 8 Surakarta, dan SD Negeri Manahan. “Yang pernah saya ikut sertakan untuk sosialiasi yakni diperuntukkan untuk seluruh guru dan karyawan semuanya pernah ikut sosialisasi masalah pendidikan karakter ini,” ujarnya.

“Saya ingin memperkenalkan kembali tugas guru yang belum tersosialisasi, masalah implementasi pendidikan karakter yang mengembalikan fungi guru sebagai pendidik yang sebenarnya. 3 tugas guru itu ya mengajar, melatih, dan mendidik,” jelasnya ramah.

Menurutnya, tugas guru mengajar itu ya mentransformasikan ilmu pengetahuannya. Tugas guru melatih itu ya mentransformasikan keterampilannya, dan tugas guru mendidik itu ya mentransformasikan nilai-nilai. “Dari 3 fungsi itu ada yang terlupakan untuk peran guru, yaitu sebagai pendidik itu tadi. Artinya ini ketika sekolah mengimplementasikan itu guru harus menjadi suri tauladan, motivator, pengawas yang sehingga itu sesuai dengan filosofinya Ki Hajar Dewantara Ing Ngarso Sung Tulodo,” tandasnya.

“Jadi tadi 2 tugas sudah optimal, tapi yang mendidik itu belum,” tegasnya.

Ditanya bagaimana untuk perwujudannya, menurutnya, hal itu sudah diatur dalam penugasan kepala sekolah. Misalnya sekolah yang menyelenggarakan pendidikan karakter harus mengubah tata pola pendidikan. "Contohnya kalau upacara saat ini ada yang kurang, yakni menumbuhkan nasionalismenya itu harus dibenahi bagaimana caranya. Kalau masalah pelajaran agama yang hanya disampaikan dalam kelas saja, tetapi sekarang harus diubah dalam habitualnya,” paparnya semangat.

“Tata kelola pendidikan harus diubah untuk mengubah pendidikan karakter itu. Dan sejauh ini sekolah yang dalam taraf perubahan tata kelola yang sudah jalan yakni SMP Negeri 17 Surakarta. Guru ini yang harus difungsikan dan tabu hukumnya kalau ada tambahan insentif. Targetnya ini ada 2 tahun sejak tahun kemarin yang artinya semua sekolah itu sudah melakukan perubahan. Tahun ini yang akan dilakukan itu mengintennsifkan pada 3 sekolah yang menjadi piloting dan selanjutnya sosialisasi itu karena karakter guru belum menjadi contoh teladan bagi siswa tidak hanya dari guru saja tetapi juga dari staf, penjaga kantin dan sebagainya,” tutupnya.