VISI DAN MISI SMPN 17

VISI :

Membawa Anak Didik menjadi Siswa yang Beriman, Bertaqwa, Cerdas, Terampil dan Mandiri.

MISI:

Mewujudkan peningkatan sekolah yang berkualitas sesuai Kurikulum Peendidikan

Mewujudkan dan meningkatkan prestasi, kecakapan, dan ketrampilan yang memadai sesuai kemampuan sekolah serta sesuai perkembangan seni budaya.

Mewujudkan penyelanggaraan pendidikan selaras dengan kepribadian bangsa dan terbuka untuk mengikuti perkembangan kemajuan IPTEK

Kamis, 04 Februari 2010

Ujian nasional (UN) harus bisa dimodifikas



Ujian nasional (UN) harus bisa dimodifikasi. Jangan sampai UN hanya dijadikan sebagai satu-satunya faktor kelulusan bagi siswa. Hendaknya UN bisa dijadikan salah satu parameter pemetaan persoalan pendidikan di Tanah Air. Misalnya kalau hasil UN mata pelajaran matematika siswa di Kota Solo tidak bagus berarti pelajaran matematikan di Kota Solo harus diperbaiki. Demikian seterusnya jika hal tersebut terjadi di kota lain.
Itulah jawaban yang muncul dari Muhammad Furqon, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta ini saat ditanya mengenai carut marut persoalan yang mengitari UN saat ini.
Jawaban itu memang pantas keluar dari seseorang yang sudah malang-melintang di dunia kependidikan sejak hampir setengah abad ini.Dan tentu saja jawaban di atas hanya sebuah jawaban yang bisa dilanjutkan dengan jawaban-jawaban lain dengan banyak pemahaman mendalam dari seseorang yang memulai dunia kependidikan saat menginjakkan kaki di UNS pada tahun 1980, saat dirinya menjadi mahasiswa FKIP di universitas tersebut.

Empat kompetensi
Pria Kelahiran Surakarta, 22 Juli 1960, ini memandang guru adalah sosok penting di dalam pembangunan SDM bangsa Indonesia yang saat ini masih tertinggal dalam pembangunan SDM dibandingkan bahkan dengan negara-negara tetangga.
Lewat guru, wajah pendidikan di Tanah Air ditentukan. Dengan pendidikan yang diberikan guru, SDM bangsa ini akan terbentuk. Dengan demikian di pundak guru pulalah masa depan bangsa ini diletakkan.
Dengan pemahaman tersebut, dekan yang mempunyai nama lengkap Muhammad Furqon Hidayatullah ini berkeyakinan seorang guru harus mempunyai empat kompetensi internal maupun eksternal.
Empat kompetensi tersebut adalah kompetensi pedagogik,yaitu kemampuan guru untuk melakukan dengan menggunakan perencanaan, metode serta arah yang tepat.
Kemudian kompetensi kapabilitas, yakni seorang guru harus telaten dan sabar dalam memberikan pengajaran kepada siswa didik.
Kompetensi berikut adalah kompetensi social, yakni guru harus mempunyai kemampuan mengajar kepada siswa untuk berperilaku dengan mengutamakan aspek sosial, orang tua dan masyarakat.
Terakhir adalah kompetensi di bidang informasi komunikasi dan teknologi. Yakni guru jangan sampai kalah dalam persoalan ilmu teknologi dan komunikasi dengan siswa didik mereka.
Dengan beberapa kompetensi tersebut maka guru dapat membangun segenap potensi yang dimiliki peserta didik untuk maju dan berhasil.
Namun sayangnya, pria yang sering dipanggil Furqon saja itu melihat guru-guru yang ada saat ini sekadar menguasai sedikit saja dari beberapa kompetensi tersebut.
Keempat kompetensi tersebut dengan serius ia tanamkan kepada mahasiswa FKIP UNS sehingga sejak tahun 2007 lalu ia berhasil membawa FKIP UNS menjadi FKIP terbesar penerimaaan mahasiswanya secara nasional.
Selain itu dengan prinsip-prinsip kompetensi pendidik tersebut ia berhasil membawa sebanyak 70-80 persen lulusan FKIP UNS sejak tahun 2007 terserap ke dunia lapangan pekerjaan walaupun tidak semuanya menjadi tenaga pendidik atau guru.
Dengan prestasi tersebut, dekan yang masih mengajar mata kuliah keolahragaan ini berhasil membawa FKIP sebagai fakultas yang berkinerja terbaik 2 tahun berturut-turut sejak 2007 lalu.
Sebagai tenaga pendidik, Muhammad Furqon yang pernah mendapatkan penghargaan Adi Manggala Krida dari Menpora tahun 1997 serta Satya Lencana Karya Satya dari Pemerintah RI tahun 2005 tersebut, sangat memercayai pemahaman bahwa seorang guru harus bisa menerima pekerjaan guru adalah sebagai panggilan jiwa yang dapat membawa pada kemauan guru untuk terus mengembangkan kemampuan cara mengajar dan mendidikan siswa (up-grade). Dengan demikian, seorang guru akan senantiasa bekerja keras menjadikan dirinya mempunyai sifat konsisten dan bisa diperhitungkan.
Muhammad Furqon saat ini juga mengajar di Program studi S2 Ilmu Keolahragaan Program Pascasarjana UNS, Program studi S-2 Magister Studi Islam program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta serta program studi S-3 Ilmu Keolahragaan Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang. Oleh karenanta dia paham betul apa dan bagaimana seharusnya guru.
Guru, menurut dia, adalah sosok yang mampu memberikan impian kepada siswa sehingga siswa mampu memberdayakan potensi mereka. Sayangnya banyak guru yang terjebak pada teknik pembelajaran saja namun tidak membangun sosok utuh peserta didik. Akibatnya yang berkembang pada peserta didik hanya sisi kognitif.
Bagi Ketua Yayasan Pendidikan Al-Islam surakarta sejak tahun 2000 hingga saat ini, tantangan guru sebagai profesi sangat berat karena guru harus mampu menghantarkan peserta didik dalam membangun potensi diri mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang mempunyai karakter kuat.
Kesibukan sosok pria yang mempunyai 1 anak dari perkawinan dengan Hj Sarah Dahlia, yaitu M Ravid Cahyadi, ini memang sangat banyak.
Muhammad Furqon memulai pekerjaannya dengan meninggalkan rumah pukul 06.00 hingga paling cepat setelah Maghrib baru pulang. Ia bisa sampai rumah di atas pukul 12 malam kalau pekerjaan yang dilakukan sangat banyak. Meskipun begitu ia tetap menjadi warga masyarakat yang patut ditiru karena di tengah kesibukannya beraktivitas di luar rumah, Muhammad Furqon masih bersedia menjadi ketua RW di lingkungan tempat tinggalnya. (The Real Jogja/Joe Pujoko)

1 komentar: